Pandan jaya
geragai
blok d
pandan jaya
makmur jaya
makmur jaya
Selasa, 27 September 2016
Tidak hanya
dikenal akan kekayaan alamnya. Dari sinilah, perpaduan sejumlah budaya bertemu.
Mulai dari budaya China, Eropa hingga Islam di masa kesultanan.
Salah satu
jejak perkembangan kesultanan Jambi yang dapat Anda lihat adalah di DesaOlak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi. Jejak sejarah
yang berlokasi dan dimaksud di sini adalah berupa Rumah Batu.
Desa Olak
Kemang berada dibagian utara Kota Jambi. Desa ini dapat ditempuh hanya
beberapa menit saja dari Kota Jambi dengan cara menyeberangi Sungai
Batanghari. Di sini tak hanya kental dengan adat Islamnya. Namun juga berbagai jejaksejarah masuknya Islam di Sumatra dan tonggak berdirinya kesultananJambi.
Rumah Batu menjadi satu bangunan cukup
mencolok di tengah pemukiman penduduk Desa Olak Kemang. Menurut
penuturan Syarifah Aulia yang juga pengurus Rumah Batu, rumah yang dijaganya
itu merupakan peninggalan seorang penyebar agama Islam di Kota Seberang
pada abad ke-18 bernama Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri yang dijuluki PangeranWiro Kusumo.
Ketika akan
membangun rumah tersebut, Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri mendapat banyak saran
dari sahabat-sahabatnya kala itu. Termasuk dari Datuk Sintai, seorang
pedagang dari negeri China. Lewat tangan Datuk Sintai itu lah rumah yang kini
jadi cagar budaya kebanggaan Jambi itu berdiri.
Paduan bangunan lokal, China, Arab dan bahkan Eropa terkesan kental pada bangunan tua dua lantai itu. Terlihat relief naga di dinding bercat putih. Kemudian di sisi kanan terdapat sebuah batu berukiran singa dan bunga. Lalu di pilar bagian dalam, tampak relief bertuliskan huruf-huruf Arab.
Sementara dibagian lantai dua memperlihatkan budaya bangunan lokal Jambi dengan bahan kayu. Gaya Eropa terlihat dari tiang penyangga, bentuk teras dan tangga seluruhnya terbuat dari batu.
Paduan bangunan lokal, China, Arab dan bahkan Eropa terkesan kental pada bangunan tua dua lantai itu. Terlihat relief naga di dinding bercat putih. Kemudian di sisi kanan terdapat sebuah batu berukiran singa dan bunga. Lalu di pilar bagian dalam, tampak relief bertuliskan huruf-huruf Arab.
Sementara dibagian lantai dua memperlihatkan budaya bangunan lokal Jambi dengan bahan kayu. Gaya Eropa terlihat dari tiang penyangga, bentuk teras dan tangga seluruhnya terbuat dari batu.
“Disebut Rumah
Batu karena pada waktu pembangunannya, rumah ini merupakan rumah batu
pertama yang dibangun di daerah seberang sini,” ujar Aulia, Rabu (12/20/2015).
Menurut
Aulia, kala masih hidup, Pangeran Wiro Kusumo memiliki kedudukan yang
penting pada masanya. Yakni sebagai penengah antara Kesultanan Jambi
dengan Belanda. Selain itu, beliau merupakan ayah mertua dari Sultan Jambi,
Sultan Thaha Syaifuddin.
Pangeran
Wiro Kusumo wafat pada
tahun 1902 dan dimakamkan di Desa Olak Kemang. Tepatnya di depan mesjid Al–Ikhsaniyah
yang juga merupakan mesjid tertua di desa tersebut. Masjid ini juga
dibangun oleh Pangeran Wiro Kusumo pada tahun 1880.
Rumah Batu Olak Kemang, Jejak Sejarah Kesultanan Jambi
Cagar Budaya, Rumah Batu Jambi

Tidak hanya dikenal akan kekayaan alamnya. Dari sinilah, perpaduan sejumlah budaya bertemu. Mulai dari budaya China, Eropa hingga Islam di masa kesultanan.
Salah satu jejak perkembangan kesultanan Jambi yang dapat Anda lihat adalah di DesaOlak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi. Jejak sejarah yang berlokasi dan dimaksud di sini adalah berupa Rumah Batu.


Desa Olak Kemang berada dibagian utara Kota Jambi. Desa ini dapat ditempuh hanya beberapa menit saja dari Kota Jambi dengan cara menyeberangi Sungai Batanghari. Di sini tak hanya kental dengan adat Islamnya. Namun juga berbagai jejaksejarah masuknya Islam di Sumatra dan tonggak berdirinya kesultanan Jambi.
Rumah Batu menjadi satu bangunan cukup mencolok di tengah pemukiman penduduk Desa Olak Kemang. Menurut penuturan Syarifah Aulia yang juga pengurus Rumah Batu, rumah yang dijaganya itu merupakan peninggalan seorang penyebar agama Islam di Kota Seberang pada abad ke-18 bernama Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri yang dijuluki PangeranWiro Kusumo.


Ketika akan membangun rumah tersebut, Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri mendapat banyak saran dari sahabat-sahabatnya kala itu. Termasuk dari Datuk Sintai, seorang pedagang dari negeri China. Lewat tangan Datuk Sintai itu lah rumah yang kini jadi cagar budaya kebanggaan Jambi itu berdiri.
Paduan bangunan lokal, China, Arab dan bahkan Eropa terkesan kental pada bangunan tua dua lantai itu. Terlihat relief naga di dinding bercat putih. Kemudian di sisi kanan terdapat sebuah batu berukiran singa dan bunga. Lalu di pilar bagian dalam, tampak relief bertuliskan huruf-huruf Arab.

Sementara dibagian lantai dua memperlihatkan budaya bangunan lokal Jambi dengan bahan kayu. Gaya Eropa terlihat dari tiang penyangga, bentuk teras dan tangga seluruhnya terbuat dari batu.
“Disebut RumahBatu karena pada waktu pembangunannya, rumah ini merupakan rumah batu pertama yang dibangun di daerah seberang sini,” ujar Aulia, Rabu (12/20/2015).
Menurut Aulia, kala masih hidup, Pangeran Wiro Kusumo memiliki kedudukan yang penting pada masanya. Yakni sebagai penengah antara Kesultanan Jambi dengan Belanda. Selain itu, beliau merupakan ayah mertua dari Sultan Jambi, Sultan Thaha Syaifuddin.

Tidak hanya dikenal akan kekayaan alamnya. Dari sinilah, perpaduan sejumlah budaya bertemu. Mulai dari budaya China, Eropa hingga Islam di masa kesultanan.
Salah satu jejak perkembangan kesultanan Jambi yang dapat Anda lihat adalah di DesaOlak Kemang, Kecamatan Danau Teluk, Seberang Kota Jambi. Jejak sejarah yang berlokasi dan dimaksud di sini adalah berupa Rumah Batu.


Desa Olak Kemang berada dibagian utara Kota Jambi. Desa ini dapat ditempuh hanya beberapa menit saja dari Kota Jambi dengan cara menyeberangi Sungai Batanghari. Di sini tak hanya kental dengan adat Islamnya. Namun juga berbagai jejaksejarah masuknya Islam di Sumatra dan tonggak berdirinya kesultanan Jambi.
Rumah Batu menjadi satu bangunan cukup mencolok di tengah pemukiman penduduk Desa Olak Kemang. Menurut penuturan Syarifah Aulia yang juga pengurus Rumah Batu, rumah yang dijaganya itu merupakan peninggalan seorang penyebar agama Islam di Kota Seberang pada abad ke-18 bernama Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri yang dijuluki PangeranWiro Kusumo.


Ketika akan membangun rumah tersebut, Sayyid Idrus Hasan Al-Jufri mendapat banyak saran dari sahabat-sahabatnya kala itu. Termasuk dari Datuk Sintai, seorang pedagang dari negeri China. Lewat tangan Datuk Sintai itu lah rumah yang kini jadi cagar budaya kebanggaan Jambi itu berdiri.
Paduan bangunan lokal, China, Arab dan bahkan Eropa terkesan kental pada bangunan tua dua lantai itu. Terlihat relief naga di dinding bercat putih. Kemudian di sisi kanan terdapat sebuah batu berukiran singa dan bunga. Lalu di pilar bagian dalam, tampak relief bertuliskan huruf-huruf Arab.

Sementara dibagian lantai dua memperlihatkan budaya bangunan lokal Jambi dengan bahan kayu. Gaya Eropa terlihat dari tiang penyangga, bentuk teras dan tangga seluruhnya terbuat dari batu.
“Disebut RumahBatu karena pada waktu pembangunannya, rumah ini merupakan rumah batu pertama yang dibangun di daerah seberang sini,” ujar Aulia, Rabu (12/20/2015).
Menurut Aulia, kala masih hidup, Pangeran Wiro Kusumo memiliki kedudukan yang penting pada masanya. Yakni sebagai penengah antara Kesultanan Jambi dengan Belanda. Selain itu, beliau merupakan ayah mertua dari Sultan Jambi, Sultan Thaha Syaifuddin.
Langganan:
Postingan (Atom)